Kamis, 14 Januari 2016

Rupiah Kini yang Terburuk di Asia

Bank Indonesia (BI) terus mengambil langkah agresif guna menguatkan kembali nilai tukar rupiah terhadap Amerika Serikat (AS). Namun sayang, sejumlah langkah antisipasi yang diambil pemerintah tampaknya belum membuahkan hasil yang signifikan.

Laporan dari Nomura Holdings Inc menunjukan rekor neraca transaksi berjalan yang dialami Indonesia akan mendorong investor asing menarik dananya dan menekan rupiah. Mata uang Indonesia ini telah menjadi yang terburuk di Asia sejak Juni.

Dari tabel yang dibuat Bloomberg diketahui pergerakan nilai tukar rupiah dan rupee menunjukan pelemahan lebih parah dialami oleh mata uang Indonesia. Rupiah tecatat telah melemah 13,9% sejak awal Juni, lebih tinggi dari rupee yang hanya melemah 10%. Angka ini membuat rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terparah di Asia sepanjang periode tersebut.

BI diketahui telah mengambil langkah pengetatan kebijakan moneter paling agresif sejak terakhir kali dilakukan pada 2005. Langkah ini  menyusul Brasil dan India yang juga sibuk menguatkan nilai tukar mata uangnya. Pengambilan kebijakan tersebut sekaligus mengantisipasi kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menarik program stimulusnya.

Jumlah cadangan devisa Indonesia juga menurun akibat kesibukan BI mempertahankan rupiah di tengah para pemegang obligasi yang menuntut yield lebih tinggi.

"Defisit transaksi berjalan merupakan faktor utama pemicu pelemahan rupiah, bukan hanya sebagai dampak rendahnya cadangan devisa tapi juga dari kepercayaan para investor," ujar Ekonom Euben Paracuelles asal Singapura yang bekerja di perusahaan broker terbesar di Jepang, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (17/9/2013).

Nomura memprediksi jumlah defisit Indonesia akan berkurang pada pertengahan kedua 2013. Namun kondisi ini terjadi di tengah aliran modal yang terjadi di tengah kepanikan program stimulus The Fed yang turut mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Pemerintah diketahui telah menjual US$ 1,5 miliar Sukuk berdenominasi dolar dengan yield tertinggi sejak 2009. Cadangan devisa Indonesia juga mendekati level terburuk hampir tiga tahun terakhir. Sementara itu dana asing yang ditarik para investor telah mencapai US$ 2,66 miliar sejak awal Jui.

Lebih buruk lagi, defisit perdagangan juga membengkak ke level tertinggi pada Juli menyusul rendahnya ekspor dalam 16 bulan ke belakang.

"Satu-satunya cara untuk mempertahankan nilai tukar rupiah dan mengatasi defisit transaksi berkembang, Indonesia hanya punya satu pilihan yaitu menaikan BI rate," seperti ditulis dalam laporan  Credit Suisse Group AG. (Sis/Shd)
 
 sumber: http://www.liputan6.com/indeks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar